Bukti!

Dista  : "Mak, emak minus berapa, mak?"

Emak : " Minus 3. Emang kenapa?"

Dista : "Nggak apa-apa. Komsyi berapa? Lagi survey aja aye. Kalo nggak pake kacamata ngeliatnye jelas nggak mak?"

Emak : "Nggak lah. Tulisan di papan tulis nggak keliatan sama sekali. Lo minus berapa nak?"

Dista  : "Minus 2 terakhir meriksa."
Emak : "Lagian lu mah yang aneh-aneh aja sih. Minus mata lah lu survey."

Dista  : "Nggak apa-apa. Nanti ukuran **a gue survey juga."
Emak : "Ha? Gila lu ah!"

Dista  : "Gue imut. bukan gila."

Emak : "Nak, emak tuh capek ngurus kamu. Nyekolahin kamu. Bukannya belajar yang bener. Tapi kamu malah belajar gila. Belajar gila sama siapa kamu nak?"

Dista  : "Sama kak Komsyi."
Emak : "Jangan panggil dia kakak! Emak tidak sudi punya anak seperti itu!"

Dista  : "Tapi mak, babeh selalu marah kalo kita memperlakukan Komsyi sepert ini."

Emak : "Siapa? Babeh? Tidak mungkin! Bagaimanapun juga emak tidak mau mengakuinya!"

Dista : "Memang apa yang salah mak dengan dia? Aku bingung kenapa emak begitu membencinya?"
Emak : "Dia itu aib keluarga! Mengerti kamu? Adik-adik dan kakak-kakakmu saja membencinya!"

Dista  : "Aib apa? Selama ini emak menyuruh kami untuk membencinya, tapi aku bingung kenapa? Aku baru sadar kalau Komsyi itu anak yang baik mak, dia menyayangi emak.

Emak : "Menyayangi emak kamu bilang? Dengar anakku! Dia itu selalu membuat emak malu! Tidak tahu sopan santun. Selalu saja menyela omongan orang. Bahkan guru sekalipun! Begitu yang kamu bilang menyayangi emak?"

Dista : "Aku tahu mak. Tapi aku kasihan padanya. Dia selalu dihujat dan dibenci orang banyak, karena kelakuannya."

Emak : "Yah, itu lah. Hujatan-hujatan yang ditujukan kepadanya adalah karma dari perbuatannya, nak."

Dista : "Tapi, dia kan ingin bertobat."

Emak : "Mana buktinya nak? Emak butuh bukti! Bukan janji!"



Naskah di atas adalah naskah dadakan yang dibuat via sms antara gue dan Dista tanpa perencanaan sebelumnya. Dengan sedikit editan oleh admin.

Raquel & Dista