Loffeine's Story

Live is a mug of coffee

Ya! Joyonghi Eunkyung-ah!


Cast :

  • iDolls Song Eunkyung (Profile)
  • UKiss Eli
  • iDolls Han Yongjin (Profile)
  • SHINee Kim Jonghyun
Genre :
  • Friendship
  • Romance
Preview :
“Semua ini gara-gara setan cilik penjilat bernama Yongjin. Dia itu… Menyusahkan saja! Dasar setan cilik,” gumam Eli geram.


“Aish, disaat-saat seperti ini kenapa harus ada gangguan, sih?” Eli merapatkan jaket hitam tebalnya. Dinginnya hembusan angin musim gugur membuatnya sedikit menggigil. Padahal namja itu sudah mengenakan pakaian 4 lapis ditambah sebuah syal.

“Semua ini gara-gara setan cilik penjilat bernama Yongjin. Dia itu… Menyusahkan saja! Dasar setan cilik,” gumam Eli geram.


-FLASHBACK-

“Yeoboseyo,”

“ELI OPPA!!” teriak Yongjin dari seberang telfon.

Eli reflek menjauhkan handphone-nya dari telinga sambil meringis.”Yongjin-ah”

“Eli oppa sedang apa?”

“Aku sedang mengerjakan tugas kuliahku. Wae?”

“Anniyo, oppa tahu kan nama namjachingu-ku?”

“Jonghyun?”

“Ne, Jonghyun. Kim Jonghyun. Oppa tahu? Aku sayaaaaaaang banget sama dia.”

“Ha?” Eli mulai bingung. “Lalu apa hubugannya denganku?”

“Tadi aku diajak jalan sama Jonghyun oppa. Kalau seandainya oppa jadi aku, apa yang akan oppa lakukan?” pancing Yongjin.

“Mwo? Yah, tentu saja aku akan menyetujui ajakannya.”

“Jeongmalyo? Aku juga berfikir seperti itu. Tapi… eonni-ku…”

“Eunkyung? Dia tidak mengizinkanmu?”

“Anniyo, tapi eomma sama appa lagi pergi ke luar kota. Di rumah hanya ada aku dan Eunkyung eonni.”

Apa sih maksud yeoja ini? Batin Eli. “Lalu?”

“Aku ingin sekali malam ini bisa menghabiskan waktu dengan Jonghyun oppa. Tapi di sisi lain, aku tidak tega meninggalkan eonni-ku sendirian menjaga rumah. Aku takut terjadi apa-apa padanya. Aku bingung oppa. Semenjak kuliah, Jonghyun oppa sangat sibuk dengan jadwal kuliahnya. Jarang-jarang dia bisa meluangkan waktu untukku. Tapi kalau aku pergi dengannya, siapa yang akan menemani eonni-ku? Na eotteohkaeyo oppa… Hiks…”

“Ya. Ya! Yongjin-ah! Kau menangis? Aigoo, ya! Yongjin-ah! Uljima! Ada yang bisa kubantu?”

“Oppa mau membantuku?” tanya Yongjin bersemangat.

“N-ne,” Eli menjawab dengan ragu. Sedikit menyesali tawarannya.

“Oppa tidak mungkin menggantikanku bertemu dengan Jonghyun oppa. Tapi, oppa bisa menggantikanku menjaga rumah. Sekaligus menemani eonni-ku, iya kan?”

“Mwo?! Apa tidak salah? Tapi… Tugas-tugasku…”

“Jadi oppa tidak mau membantuku?” Yongjin mulai menangis lagi. “Baiklah, aku tahu oppa sibuk. Aku akan membatalkan *Hiks* janjiku dengan *Hiks* dengan Jonghyun oppa,” tangis Yongjin bertambah keras.

“Ya! Ya! Yongjin-ah! Bukan itu maksudku,”

“Berarti oppa mau membantuku?”

“Ne, tapi…”

“Tapi?”

“Umurnya 17 tahun!”

“Umur Eli oppa 18 tahun,” jawab Yongjin polos.

“Aku tahu,”

“Oppa lebih tua dari eonni-ku”

“Ne, Yongjin, aku tahu…” Eli mulai kehilangan kesabarannya.

“Jadi oppa bisa menjaga eonni-ku. Lagipula, rumah oppa kan hanya beberapa blok saja dari rumah kami. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tugas-tugas oppa kerjakan saja di sini. Eli oppa bersedia membantuku kan?”

“Ne,” jawab Eli lemas. Dia tidak punya pilihan selain mengiyakan permintaan Yongjin.

“Gomawoyo oppa! Anyeong~!”

Eli tidak menjawab, melainkan langsung mengakhiri panggilan. “Haaah, nan michigeutda!”
SEMENTARA ITU…
             
Yongjin menatap dirinya di cermin, “Yongjin-ah, acting-mu makin bagus saja, hihihi.” Ia langsung menelfon namjachingu-nya. “Jonghyun oppa! Oppa jadi menjemputku jam 7 malam nanti?... Ne… Annyeong."

-FLASHBACK END-
           
TING! TONG!
               
Eli menekan bell apartment di hadapannya, apartment Eunkyung dan Yongjin.
               
“Ne! Sebentar!” Eunkyung tidak mengalihkan perhatiannya dari PSP-nya.
               
TING! TONG! TING! TONG!
               
“Aish! Siapa sih?” Eunkyung menghentakkan kakinya menuju pintu depan. Namun saat melihat siapa yang berdiri dihadapannya, Eunkyung berteriak dan menutup pintunya dengan keras.
              
 “Mwo? Yeoja ini kenapa sih?” gumam Eli. Di memencet bell sekali lagi.
               
TING! TONG!
               
Eunkyung membuka pintunya beberapa senti, “Annyeonghaseyo, sunbae-nim, ada perlu apa?”
               
“Mwo? Sejak kapan kau berbicara dengan sopan kepadaku? Yongjin yang menyuruhku ke sini. Dia memintaku untuk menemanimu menjaga rumah.”
               
“Yongjin?!” Eunkyung membuka pintu lebih lebar. “Anak itu! Pantas saja tadi dia bilang “Sudah diatur” “Sudah diatur”! Ternyata ini maksudnya? Kau mati Yongjin-ah!” Tapi bukannya menyilahkan tamunya masuk, yeoja itu malah menutup kembali pintunya dan menelfon Yongjin.
               
“Yong. Itu ada telfon,” Jonghyun yang sedang menyetir memberitahu Yongjin yang sedang asik memperhatikan lampu merah(?).
               
“Handphone-ku mana?”
               
“Di tas-mu Yong.”
               
“Oh iya,” Yongjin menjawab telfonnya, “Yeoboseyo Eonni-ah.”
               
“YA! BABO YA!”Suara Eunkyung menggelegar. “Yongjin-ah! Berani-beraninya kau… BLA BLA BLA…” Eunkyung ngomel panjang lebar.
               
Yongjin yang malas mendengar ocehan Eonni-nya meletakkan handphone-nya begitu saja dipangkuannya. Ia kembali memperhatikan lampu merah yang dari tadi masih menyala.

5 MENIT KEMUDIAN

“… Kenapa harus dia? Dia sunbae-ku!” Eunkyung mengakhiri omelannya.
               
“Eonni-ku yang cantik, aku punya 2 alasan. Pertama, dia senior eonni di SMP dulu. Jadi eonni pasti segan dan akan mengurangi dosis ocehan yang biasa eonni hasilkan.”
               
Hening, Eunkyung tidak menyahut.
               
“Kedua, Eli oppa itu pendiam. Jadi kalau-pun dosis ocehan eonni tidak berkurang, paling tidak apartment kita nggak berisik-berisik banget. Araso? Sekarang jangan ganggu kencanku dengan Jonghyun oppa dulu eonni. Jebal. Annyeong eonni,”
              
 Eunkyung tidak menjawab. Dalam hati dia membenarkan alasan Yongjin.
               
TOK! TOK! TOK!
              
Eunkyung terlonjak kaget. Astaga! Makhluk itu masih di luar! Buru-buru Eunkyung membuka pintu apartment-nya. “Eli oppa! udah nunggu dari tadi ya? Silahkan masuk.” Kata Eunkyung sedikit absurd tetapi riang(?)
               
Yeoja aneh, batin Eli. Dia melangkahkan kakinya ke dalam apartment itu. Tempat itu masih seperti dulu saat pertama kali Eli datang. Tidak ada yang berubah. Eli dulu memang sering datang ke rumah ini untuk menyelesaikan tugas akhir sekolahnya. Eli dulu sangat suka memasak. Jadi dia membuat essay tentang Chef. Dia masih ingat saat dia dulu berbincang-bincang dengan ayah Eunkyung yang seorang chef. Duduk di ruang tamu dengan ditemani segelas jus jeruk dan cookies enak buatan ayah Eunkyung. Kadang Eunkyung duduk menemani mereka sambil memainkan PSP-nya dan marah-marah kalau dia kalah sambil menyalahkan ayahnya dan Eli dengan dalih bahwa dia kalah karena mereka terlalu berisik. Biasanya ayah Eunkyung hanya tertawa.
               
Menurut Eli sebenarnya Eunkyung adalah orang yang menyenangkan. Lincah dan riang. Tapi sayang dia sangat berisik dan cerewet.
              
 Eli langsung duduk di sofa, menyalakan laptop-nya dan melanjutkan tugasnya. Dia sedikit kesal karena sudah menunggu di luar cukup lama. Padahal dia harus segera menyelesaikan tugasnya.
               
“Eli oppa mau minum apa?” tanya Eunkyung.
              
 “Terserah,”
               
“Okay,” jawab Eunkyung riang. Dia langsung pergi ke dapur dan kembali dengan segelas jus jeruk dingin. Setelah meletakkan jus jeruk di atas meja, Eunkyung kembali berkutat dengan PSP-nya sambil tidur-tiduran di sofa.
               
15 menit mereka lalui dengan diam. Yang terdengar hanya suara jari Eli yang sedang mengetik dan suara music dari PSP Eunkyung. Suasana seperti inilah yang Eli harapkan. Tenang dan damai tanpa ocehan dari mulut Eunkyung. Jadi ia bisa berkonsentrasi dengan tugasnya.
               
“Aku bosan,” Eunkyung mematikan PSP-nya dan meletakkannya di atas meja.
              
 Sial…
              
 Eunkyung memerhatikan Eli dengan sorot mata ingin tahu. “Eli oppa sedang apa?”
               
“Mengerjakan tugas. Jangan ganggu aku dulu.” Jawab Eli singkat.
               
“Geurae…” Eunkyung diam. Dia kembali berbaring sambil memainkan handphone-nya. Tidak sengaja matanya melihat ke arah jendela sekilas. “Hujan!” gumamnya. “Eli oppa?” panggil yeoja itu.
               
“Hn?” Eli tidak mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.
               
“Hujan,”
               
“Araso,”
               
“Aku benci hujan,” Eunkyung kembali duduk menghadap Eli. “Yah, memang sih aku pernah bilang kalau aku suka hujan. Aku memang suka hujan. Tapi bukan di musim gugur seperti ini. Musim gugur kan udah dingin. Di tambah hujan. Jadi tambah dingin. Aku juga suka dingin. Tapi bukan dingin yang menusuk tulang seperti sekarang ini. Tapi dingin sejuk gitu. Oppa tau kan? Aku benci banget sama yang namanya panas. Kalau sedang musim panas, aku lebih memilih untuk bersantai-santai di rumah. Yah, aku tau itu saatnya liburan. Tapi kan panas. Ya kan? Biasanya aku hanya keluar rumah kalau sedang ada janji dengan teman. Itu pun aku bisa menolaknya kalau sedang malas keluar. Dan biasanya teman-temanku itu tidak marah karena mereka semua tahu kalau aku tidak suka panas. Atau kalau sedang ada acara keluarga. Kalau itu sih aku nggak bisa nolak. Pasti dipaksa ikut sama eomma. Oppa suka musim apa?” ocehan Eunkyung berhenti.
               
Eli baru akan membuka mulutnya untuk menjawab saat Eunkyung melanjutkan celotahannya. “Pasti oppa suka musim dingin kan? Soalnya musim dingin itu identik banget sama Eli oppa. Dingin, cool, dan sedikit misterius. Tapi aku nggak tau sih di mana letak kemisteriusan musim dingin, hahaha. Tapi oppa lahir di musim semi. 13 Maret itu musim semi kan? Oppa suka musim semi? Nggak mungkin oppa suka musim semi. Musim semi itu nggak identik sama Eli oppa,” Eunkyung berhenti sebentar.
               
Sudah? Sudah selesai? Ocehannya sudah selesai? Semoga begitu. Batin Eli.
               
“Kalau aku, aku sangat suka musim semi.”
              
 Ternyata penderitaan Eli belum berakhir…
               
“Kalau musim semi datang, bunga-bunga di taman belakang pasti bermekaran. Indah sekali. Aku hanya bisa melihat keindahan bunga-bunga itu pada musim semi. Soalnya aku dan eomma hanya menanam bunga musim semi. Eomma juga menyukai musim semi sepertiku. Kata appa, aku memang anak eomma-ku. Banyak sekali sifat eomma yang diturunkan kepadaku. Termasuk soal musim dan bunga tadi. Kalau Yongjin, dia sangat mirip appa. Mulai dari makanan kesukaan sampai cara tertawa. Kecuali kemampuan untuk memasak. Masakan Yongjin lebih mirip racun serangga yang mematikan. Sepertinya kemampuan memasak appa akan diturunkan kepadaku. Yah, walaupun kemampuan memasakku belum semahir appa. Tapi paling tidak, aku lebih mahir dari pada Yongjin. Ya kan?” Eunkyung diam sebentar. Eli berusaha fokus ke tugasnya. “Oh, iya, balik ke topik bunga tadi. Bunga musim semi yang aku maksud tadi itu, ya bunga-bunga yang hanya bisa mekar di musim semi. Seperti apple blossom, cherry blossom, lily, cosmos, flannel-bunga flannel lho, bukan kain flannel-, geranium, jasmine, orchids, mawar, tulip, oh! Ada tanaman yang namanya glory of the snow! Bunga tanaman ini adalah bunga yang pertama kali mekar di musim semi. Oppa harus lihat! Indah sekali. Warnanya gradasi antara putih dan ungu. Bunga ungu adalah yang terindah menurutku. Seperti bluebell flower. Walaupun namanya bluebell, bunga itu berwarna ungu. Aku suka sekalu warna ungu. Terutama ungu soft, warna itu mengingatkanku pada es krim blueberry buatan appa. Es krim yang nggak ada duanya. Apalagi kalau dimakan di musim panas. Oppa suka warna apa?” tanya Eunkyung.
               
“Hitam,” jawab Eli.
               
“Hitam? Menurutku hitam itu bukan warna. Hitam itu terlalu simple. Dan melambangkan kesedihan, kematian, dan sedikit gothic. Merah juga warna gothic. Tapi gwaenchanayo, aku juga sedikit menyukai gothic. Temanku ada yang sangat mencintai gothic. Namanya…”
               
“Eunkyung-ah,” sela Eli. Dia harus menghentikan siksaan ini.
              
 “Ne oppa?”
               
“Ayo bermain. Aku punya permainan.”
              
 “Jeongmalyo? Ayo! Ayo! Permainan apa?” tanya Eunkyung antusias.
              
 “Namanya Silence Game. Yang paling lama diam, dia yang menang.”
              
 “Andwae! Aku selalu kalah kalau main permainan itu. Bahkan saat melawan Dongho, aku kalah. Padahal dia hanya anak kecil!”
               
Kau dan Dongho seumuran, babo yeoja! Batin Eli. “Kau mau main atau tidak?” desak Eli.
               
Eunkyung menganggukkan kepalanya. “Baiklah.”
               
“Dihitungan ketiga ya. Satu… Dua… Tiga!”
              
 “Permainan” pun dimulai. Eli menghela nafas lega. Akhirnya dia bisa membuat Eunkyung diam. Namja itu tersenyum bangga pada dirinya sendiri sambil meneruskan pekerjaannya.
               
Tapi ketenangan yang indah itu hanya berlangsung selama 20 menit.
               
“AAAAHH!! Michigetda! Aku nggak bisa diam selama itu! Aku mengaku kalah. Kali ini oppa yang menang. Nanti aku traktir es krim. Tapi oppa curang! Oppa tau aku selalu kalah kalau memainkan permainan itu! Permainan itu kenapa sulit sekali ya? Kok oppa bisa sih diam selama itu? Lain kali kalau mau main, aku yang memilih permainannya biar adil. Aku sangat mahir di beberapa permainan. Seperti…” Eunkyung malanjutkan dongengnya.
               
Eli melihat jam yang ada di layar laptopnya. Jam 8 malam. Yongjin-ah~ cepat pulang~ batin Eli putus asa.
               
Di tengah-tengah ocehan Eunkyung, lampu berkedip, lalu mati. Disusul dengan matinya laptop Eli dikarenakan lowbatt. Eunkyung seketika terdiam.
               
Mati lampu. Gawat.
              
Apartment itu sekarang gelap gulita.
               
“Ah, sial laptop-ku mati. Untung aku sempat menyimpan datanya tadi. Eunkyung-ah, nyalakan lilin dong. Gelap nih.”
               
Eunkyung tidak menjawab.
               
“Aish. Jeomal! Eli berdiri dan menuju dapur sambil merapat ke tembok. Ia berjalan sambil meraba-raba. Pencariannya tidak membuahkan hasil. Pertama karena gelap, kedua karena dia tidak tau di mana yeoja sinting itu meletakkan lilinnya. Jadi dia memutuskan untuk menelfon Yongjin.
SEMENTARA ITU, DI RESTORAN JEPANG...
               
“Yeoboseyo, Eli oppa.” Yongjin menjawab telfon dengan malas.
               
“Di mana kalian meletakkan lilin dan korek?”
              
 “Di atas kulkas. Waeyo?”
               
“Mati lampu. Dan eonni sinting-mu itu tidak mau menyalakan lilin.” Kata Eli sambil mengambil lilin dan korek di atas kulkas. Dapat! “Dia cerewetnya belum hilang juga. Padahal sudah hampir 3 tahun.”
              
“Sebentar, tadi oppa bilang apa?” Yongjin terdengar panik.
               
“Dia cerewet.”
               
“Bukan! Soal lampu!”
               
“Mati lampu.”
               
“MWO?!” teriak Yongjin. Jonghyun yang sedang menikmati sushi-nya tersedak. Yongjin segera mengangsurkan segelas air. “Mati lampu?! Omo! Omo! Dia menderita Myctophobia dan Sciophobia!”
               
“Mwo?” tanya Eli bingung.
               
“Dia phobia kegelapan! Biasanya kalau phobianya kumat, phobianya terhadap bayangan juga ikutan kumat! Gawat!”
               
“Jadi aku harus bagaimana?”
              
 “Bagaimana apanya? Ya oppa harus nenangin dia! Jangan sampai dia histeris! Atau kita semua terpaksa harus berurusan sama psikolog lagi! Araso? Fighting!” Yongjin memutuskan panggilan.
               
Eli segera menuju ruang tamu sambil membawa sebatang lilin, piring kecil, dan korek.
               
“Eunkyung?” panggil Eli. Eunkyung tidak menjawab. Eukyung yang pendiam ternyata lebih menakutkan dari pada Eunkyung yang cerewet.
               
Eli melihat siluet Eunkyung yang sedang duduk di sofa. Tangannya terlipat di depan dadanya. Ia memeluk dirinya sendiri. Jelas sangat ketakutan.
              
 “Eunkyung-ah? Kau takut?” tanya Eli.
              
 “Anni.” bisik Eunkyung berbohong.
              
 Eli berlutut di lantai di sebelah Eunkyung. “Aku akan menyalakan lilin. Jangan takut.” Dengan cepat dia menyalakan lilin itu dan mendirikannya di atas piring kecil yang ia bawa tadi.
               
Lilin pun menyala. Eli segera menatap Eunkyung. Wajahnya sepucat mayat dan tubuhnya gemetar. Eli duduk di sebelahnya. Menggenggam kedua tangan Eunkyung yang sedingin es dan meletakkannya dipangkuannya.
              
 “Sekarang sudah sedikit terang. Jangan takut.” Eli berusaha menenangkan Eunkyung.
               
Tiba-tiba Eunkyung mengangkat tangan kanannya yang gemetar hebat. Dia menunjuk ke arah tembok. Nafasnya ngos-ngosan.
               
Eli mengikuti  arah yang ditunjuk Eunkyung. Lilin yang dinyalakannya tadi menimbulkan bayangan yang menari-nari di tembok. Gawat! Batin Eli.
               
Eunkyung menarik nafas panjang. Bersiap-siap untuk teriak. “YYAA…!” Eli segera membekap muka Eunkyung dengan bantal sofa. Jadi teriakkannya sedikit teredam.
               
Setelah teriakan Eunkyung berhenti, Eli langsung meniup lilin dihadapannya dan segera memeluk Eunkyung. Membenamkan muka yeoja itu ke dadanya. Tubuh Yeoja itu lemas. Tangannya yang masih gemetar berusaha memeluk pinggang Eli.
             
“Sudah, jangan takut. Pejamkan saja matamu. Tidak ada apa-apa. Aku ada si sini. Kau aman. Aku akan menjagamu.” Kata Eli menenangkan.
               
Eunkyung menganggukkan kepalanya. Memeluk Eli membuat Eunkyung sedikit tenang. Tak lama kemudian, yeoja itu tertidur di pelukan Eli.

***
               
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Langkah Yongjin berderap di lorong. Yongjin membuka pintu apartment-nya dan melangkah masuk. Lampu sudah menyala setengah jam yang lalu. Matanya langsung menatap Eli yang sedang melanjutkan tugasnya. “Kenapa pintu nggak oppa kunci?”
               
“Nggak akan ada yang masuk.” Jawab Eli singkat. Masih menekuni laptopnya.
              
 “Eonni! Tadi dia histeris nggak?! Astaga! Aku panik sekali.”
               
Eli menunjuk ke arah Eunkyung yang sedang tertidur di sofa.
              
 “Astaga! Dia bisa tidur? Dia tidur atau pingsan?! Oppa sudah memberinya air putih?”
              
 “Berisik sekali!” Eunkyung terbangun. “Ya! Yongjin-ah! Ke mana saja kau? Mana Jonghyun oppa?”
               
“Dia sudah pulang,” Jawab Yongjin.
               
“Enak saja main pulang seenaknya! Memangnya dia tidak mau bertemu denganku? Napeun namja!” omel Eunkyung.
               
Syukurlah Eunkyung sudah bisa berceloteh lagi. Batin Eli senang.
               
“Sudahlah eonni jangan ngomel-ngomel terus. Ini aku beli cheese pizza untuk kalian berdua.”
               
“Baguslah. Aku lapar,” kata Eunkyung.
               
Setelah menghabiskan pizza yang dibawa Yongjin, Eli pamit pulang. Yongjin mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Eunkyung mengantarkan Eli sampai lobi bawah.
              
 “Aku pulang dulu Eunkyung-ah,” kata Eli.
              
 Eunkyung mengangguk. “Oppa?”
               
“Hn?”
              
 “Gomawoyo oppa sudah mau menemaniku tadi.”
               
“Sama-sama Eunkyung-ah” Eli tersenyum.
              
 “Soal phobia-ku, oppa bisa merahasiakannya?”
               
Eli mengangguk.
               
Eunkyung tersenyum senang lalu mencium pipi kanan Eli. Eli terlonjak kaget. “Annyeong oppa!” kata Eunkyung riang lalu berbalik dan berlari menuju lift.
               
Sepeninggal Eunkyung. Eli memegang pipi kanannya. Ia tersenyum, berbalik dan berjalan menuju rumahnya dengan langkah ringan.

-TAMAT-

Ayo Mengomel!!



Selama kakak kelas-kakak kelas-ku tercinta melaksanakan UN kita libur. Tapi tetep tugas numpuk. 3 tugas. Dua tugas kelompok, satu tugas individu. Gue bingung gimana ngerjainnya karena temen sekelompok gue nggak ada yang inisiatif ngajak ngerjain bareng. Gue nggak mau inisiatif ngajak ngerjain bareng karena gue males keluar rumah. Jadilah ini gue keteteran ngerjain sendiri.


Pertama. Tugas B. Indonesia. Tugas kelompok. Karya Tulis Ilmiah.

Ini tugas sebenernya udah dikasih dari beberapa bulan yang lalu. Tapi gurunya dengan nggak jelasnya ngasih tugas tanpa ngasih tau jadwal deadline-nya. Sedangkan gue baru bisa ngerjain tugas kalo dikejar deadline. Gue tipe orang yang “ngapain harus ngerjain sekarang kalo bisa ngerjain besok?”. Mungkin karena itulah gue selalu keteteran ngerjain tugas. Terus tiba-tiba beberapa hari sebelum libur gurunya ngasih tau kalo deadline-nya itu minggu terakhir bulan ini. Itu artinya gue cuma punya waktu seminggu buat ngerjain tugas kelompok ini. Pas liburan. Tugas yang seharusnya jadi tugas kelompok ini jadi tugas individu gara-gara gue males keluar rumah. Mau ngerjain bareng via email juga susah karena gue susah percaya sama orang lain. Gue takut kalo gue serahin ke orang lain nih tugas bakal nggak sesuai sama yang gue harapkan. Ini tema tugas tuh gue yang nentuin. Jadi–nggak bermaksud sombong–gue yang paling nguasain materinya. Soalnya kebetulan gue juga lagi ngumpulin info tentang golongan darah dari beberapa bulan yang lalu. Jadi gue udah punya bahan untuk ngisi bab 2 di karya tulis ini.

Tapi yang jadi masalah adalah Bab 1-nya. Dari zaman VOC gue paling nggak bisa bikin Bab 1. Pendahuluan itu isinya Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, sama sistematika penulisan. Gue nggak ngerti gimana ngisi latar belakang, gue nggak bisa bedain tujuan sama manfaat, terus gue bingung metode penelitiannya kayak gimana.

Gue dilanda dilema. Gue mau minta tolong yang lain ngerjain tapi yang megang materinya cuma gue. Terus juga gue udah terlanjur bilang sama Cici, salah satu temen sekelompok gue, kalo gue mau ngerjain sebisa gue dulu. Ahahahahahahah *nyilet-nyilet tangan.

Kedua. Tugas Seni Budaya. Tugas kelompok. Naskah Lenong.

Belom gue kerjain sama sekali. Bener-bener belom sama sekali. Sedangkan buat tugas ini gue sekelompok sama Firdha. Dan… Gue takut sama Firdha. Kalo soal tugas, Firdha tuh bener-bener nggak bisa dibantah. Harus perfect. Dan gue belom mikirin sama sekali mau nampilin apaan. Kata Bu Liza, ini teater 1 babak. Berarti harus banyak improvisasi. Naskahnyaaaaa…

Kelompok gue tampil tanggal 8 Mei. Harus bisa tampil. Sedangkan Alda, temen sekelompok gue juga, pas hari-H harus ujian IGCSE di Binus. Gue udah bilang bu Liza dan katanya tetep harus tampil. Die lah gue nentuin mikirin temen atau nilai. Ahahahahahahah *garuk-garuk tembok.

Ketiga. Tugas Biologi. Tugas individu. Nyari mekanisme sesuatu.

Bu Rani ngasih tugas liburan. Menurut gue ini tugas paling enteng. Nyari mekanisme sesuatu. Tinggal nyari di internet, terus di salin ke buku tulis. Gampang kan? Gampang dong. Tapi gue belom ngerjain. Kenapa?

Karena gue lupa “sesuatu”-nya tuh apa!!

Ya! Gue lupa. Dengan begonya gue lupa. Bu Rani tuh bilangnya gini “Cari mekanisme “anu” sama “anu” nanti salin di buku tulis.” Gitu. Anu tuh apa ya anu? Gue lupa sumpah. Dan gue terlalu malas buat sekedar SMS temen buat nanya. Ahahahahahahah *nelen air Accu.

Gue sebenernya bisa ngerjain tugas-tugas itu selama liburan kemaren. Tapi gue terlalu sibuk update soal Kpop. Gue juga butuh refreshing, Bung. Liburan selama 6 hari nggak akan gue sia-siain.

Terus gue bete. Apa-apaan hari jumat masuk. Well, gue udah libur lama sih, dari hari Sabtu sampe Kamis. 6 hari. Lumayan lah. Tapi tetep aja kenapa harus masuk? Kenapa nggak diliburin aja? Please banget itu Harpitnas!

Gue pengen nggak masuk tapi dengan kejamnya hari itu ada 1 ulangan dan 2 remedial. Libur 6 hari dan masuk-masuk udah ketemu sama begituan. Kejam kan?

Pertama. Ulangan Praktek solat jenazah.

Gue udah nyari di internet dan bacaannya banyak banget. Mungkin gue ngafalin yang singkat aja. Nggak usah yang panjang-panjang itu.

Kedua. Remedial Kimia. Stoikiometri dan Buffer.

Entah kenapa gue remed. Padahal gue bisa ngerjainnya. Tau-taunya dapet nilai segitu. NAH! Gue ngerti. Bu Ai ngasih remed hari jumat pasti biar pada masuk sekolah! Kejamnyaaaa. Ahahahahahahah *ngunyah kaca.

Just Some EXO Macros








Sumpah gue gak berani bayangin lanjutannya...







Bacon -___-


Pffftt... *LOL



















#PrayForKai   







Suho is BETTER!!



UPDATING!!
Source : Pages on Facebook
Memes : 9gag.com

EXO Showcase Highlight



Muji dulu biar nggak dikira bashing. Mereka SEMUA keren dan talented. Terus entertaining dan nggak mungkin bakal ngebosenin.

Udahan mujinya. Gue lagi nggak mau muji banyak-banyak. Gue mau ngomel. Gue emosi. Sakit hati. Dan ngerasa dijahatin sejahat-jahatnya jahat.

Beberapa hari ini gue kepo berat sama EXO Showcase yang bakal digelar SM Entertainment. Salah satu management favorit gue. Showcase itu konser buat EXO. Calon boyband yang gue tunggu-tunggu debutnya selama 3 bulan. Teasernya udah ribuan (gue ngerasanya ribuan. Jangan komen. Gue lagi emosi). Tapi nggak debut-debut.

Dan beberapa hari yang lalu channel SMTOWN di youtube upload video highlight Showcase mereka. Jadi Cuma cuplikan doang. Video full HD-nya tanggal 5 April nanti. Tapi gue nggak mau berharap banyak. Soalnya SMent demen banget memberikan harapan palsu.

Nih gue kasih tau video-nya :

 
Source : SMTOWN on Youtube


Keren ya? Kece. Iya dong. Cuma orang bego yang bilang mereka nggak bagus. Karena seperti yang gue bilang di awal :

MEREKA SEMUA KEREN DAN TALENTED. TERUS MEREKA SEMUA JUGA ENTERTAINING DAN NGGAK MUNGKIN BAKAL NGEBOSENIN.

Tapi kenapa gue emosi?

Karena yang pengen gue liat di video itu adalah Sehun. Oh Sehun. Maknae Sehun yang unyu banget. Baby face. Adorable. Amazing. Dan polos.

Tapi apa? Video itu durasinya 4 menit 49 detik. Tapi yang gue liat cuma

Kai

Kai

KAI

KAI

KAI

Dan KAI

Yang di close up Kai. Dia. Dia mulu. Gue tau dia FACE-nya EXO K. Tapi please. Dia pasti paling banyak antis-nya. Karena FACE-nya nampang di mana-mana. Gue jadi mikir :

“Ini maksudnya apa? Sehun-nya cuma nongol beberapa detik without close up. Member yang lain juga bernasib sama. Kalau pun di close up juga gak guna. Pasti nggak nyampe 2 detik. Kai lagi… Kai lagi… Kai lagi… Jadi EXO Showcase itu sebenernya konser solo-nya KAI dan 11 member yang lain cuma jadi extra dancer buat menuh-menuhin panggung.”

Jujur gue udah mulai bosen sama mukanya Kai. Emang sih dia mirip Taemin, bias utama gue. Tapi coba bayangin. Teaser EXO ada 23 dan 8 diantaranya adalah Teaser KAI. 15 sisanya adalah teaser 11 member yang lain. Gue selalu baca comment di youtube dan para viewers yang harusnya jadi fans EXO itu udah pada muak sama KAI.

Maksud SM tuh apa? Maksa orang-orang buat jadi fans-nya Kai? Ya jangan gitu lah caranya. Kalo orang-orang nge-fans-nya sama member yang lain gimana? Yang pengen mereka liat itu wajah member yang lain. Tapi dengan terpaksa mereka “dicekokin” sama mukanya Kai. Ya wajar aja belom apa-apa dia udah punya anti fans yang gue yakin jumlah-nya nggak sedikit.

Gue emang emosi. Tapi di sisi lain gue juga kasian sama Kai. Dan yang harus kalian tau, gue posting ini bukan buat nge-jelek-jelekin Kai. Bukan karena gue benci sama Kai. Tapi karena gue kasian sama Kai. Gue fans EXO. Kai emang bukan bias gue. Tapi gue nge-fans kok sama Kai. Dia dance-nya keren. Udah gitu, ya gue akuin dia cakep. Cakep banget malah (Tapi unyuan Sehun).

Jadi, sebagai fans-nya EXO yang udah nungguin mereka debut dari jamannya teaser pertama mereka keluar (Yeah, right, teaser-nya Kai). Gue nggak mau mereka punya anti fans sebelum mereka debut. Jadi wajar dong kalo gue nggak mau sering-sering liat mukanya Kai. Soalnya makin sering dia nongol. Makin banyak comment-comment netizens yang bosen sama Kai. Makin banyak yang benci sama Kai. Makin banyak anti fans-nya Kai. Dan gue yakin banget hal itu berdampak sama 1 grup. Ngerti nggak? Enggak? Okay. Gue kasih tau pake silogisme :

A=B
B=C
Jadi, A=C

Masukkin rumus di atas ke masalahnya EXO.

A=B : Anti-fans benci sama Kai
B=C : Kai member EXO
A=C : Anti-fans benci sama EXO.

Masuk akal kan? Emosi gue beralasan.

iDolls in Rohan Version


Belakangan ini gue lagi demen banget main Rohan. Tau kan? Game online keluaran Lyto yang menurut gue paling seru diantara game MMORPG lainnya. Menurut gue Rohan punya bangsa-bangsa yang unik dan punya karakteristik masing-masing.

Terus gue mikir. Gimana jadinya kalo member iDolls ada di satu squad di Dunia Rohan? Siapa yang bakal ada di garis depan? Siapa yang bertugas menjadi healer di garis belakang?

Check This Out!
  • Leader Eunkyung as Scout
Menyerang dari garis belakang. Mereka lebih suka diem dulu di belakang. Ngatur strategi dulu. Baru nyerang. Belom lagi mereka didukung sama senjata mereka yang berguna banget buat serangan jarak jauh. Bow (Panah). Mereka harus mikir gimana caranya nyerang banyak musuh dan menghindar secara bersamaan. Karena skill andalannya adalah skill area. Sekali serang, 10 musuh yang kena. Sama kayak Eunkyung yang lebih suka mikir dulu sebelum bertindak. Intinya, ngatur strategi, nyari kelemahan musuh, begitu musuh lengah, kita serang dari balik semak-semak.



  • Hyemi as Guardian

Hyemi si Pemberani. Hyemi si Tunggu-apa-lagi?-ayo-serang! Guardian emang cocok banget buat Hyemi yang to the point dan nggak suka bertele-tele. Dia bakal ada di garis depan. Paling depan (read : umpan). Dengan 2 pedang di kanan-kiri bakal bikin Hyemi nggak gampang dikalahin. Belum lagi Guardian punya skill Crazy strength yang bisa bikin HP tebel setebel tebelnya tebel. Sama skill critical aura. Yang bikin mereka nyerang membabi buta dan damage-nya bikin ketar-ketir. Guardian bisa disebut “Ace” dalam suatu grup.











  


  • Sanghwa as Defender
Sama kayak Sanghwa, defender itu lebih hati-hati. Dia itu ibarat penyeimbang member lain yang kadang teledor dan ceroboh. Jadi para defender bakal ada di garis depan. Nyerang sekaligus bertahan. Mereka punya skill Empower yang menguntungkan banget buat anggota grup yang lain. Dengan pedang di tangan kanan dan perisai di tangan kiri, dia bakal ngelindungin member yang lain.











  • Hahee as Predator
Tadinya gue mau masukkin Hahee di bangsa Giant. Karena menurut gue bangsa Giant itu bangsa yang udah badannya gede, darahnya tipis, udah gitu skill nyerang-nya jelek-jelek banget. Jadi kalo misalkan ada pertarungan, Eunkyung sebagai Leader sekaligus pembuat strategi bakal teriak “Udah lo di semak-semak aja ngumpet. Nggak usah ikutan. Nanti malah ngerecokin!” tapi gue terlalu baik untuk melakukan hal itu. Jadilah dia gue masukkin ke bangsa Predator. Predator juga cara nyerangnya Hahee banget. Diem… diem… diem… nggak keliatan… tiba-tiba ada di sebelah lo terus nyerang. Agak kayak kuntilanak sih tiba-tiba nongol gitu. Tapi yah, mau gimana lagi, menurut gue Predator itu bangsa yang agak licik. Sama kayak Hahee.








  • Yongjin as Priest
Sifat Yongjin yang childish dan agak nggak bisa diandelin cocok banget sama Priest. Karena Priest itu jaganya di belakang. Nggak boleh maju. Apa pun yang terjadi. Dia terlalu lemah buat maju. Member iDolls yang lain selalu nganggep Yongjin anak kecil yang terlalu polos buat bertarung. Jadi nanti dia bakal diem aja di belakang. Ngeliatin yang lain bertarung. Sambil sesekali melakukan heal. Ya. Itulah tugas Priest. Nge-heal. Tapi selama beberapa tahun pengalaman terbang gue bermain Rohan, Priest itu sangat amat dibutuhin sama banyak orang. Begitu online, yang pertama kali gue cari adalah Priest. Kenapa? Karena Priest itu ibarat penyuplai HP dan banyak skill-skill nya yang berguna banget buat ningkatin status suatu karakter. Pertarungan grup tanpa Priest itu ibarat ksatria tanpa baju besi. Percuma. Tuh grup bakal lemah banget.






  • Yongneul as Templar

Ayo berlatih silogisme. Templar adalah bangsa yang mandiri. Yongneul adalah anak yang mandiri. Jadi kesimpulannya, Yongneul adalah templar. Menurut gue, Templar itu bangsa yang paling mandiri di Rohan. Templar memiliki skill menyerang yang keren banget, dan skill pemulihan yang nggak kalah keren. Kalo biasanya character kayak gitu bakal timpang—kalo skill menyerangnya bagus, skill pemulihannya jelek, kalo skill pemulihannya bagus, skill menyerangnya jelek—templar nggak gitu. Skill-nya saling menutupi. Dia punya skill Incarnation yang bisa memulihkan karakter yang pingsan. Berguna banget buat karakter yang darahnya tipis.

The Lazy Me


Gue males ngapa-ngapain. Padahal tugas yang harus dilakukan tuh padat merayap. Dan yang gue lakukan hanyalah duduk di depan komputer. Online. ONLINE.

Gue besok ada lomba drama di Karisma Bangsa. BESOK. Dan gue belom latihan. Mau dikata apa penampilan gue nanti? Tapi gue harus profesional. Lomba besok harus berhasil. Yang harus gue lakukan adalah naik ke atas panggung, dialog, terus pulang.

Dan itu artinya gue nggak TOEFL lagi. Bolos lagi. Udah berapa kali gue bolos TOEFL. Kalo sampe orang tua gue tau gue sering bolos TOEFL, mungkin gue akan dipecat jadi anak.

Gue ditugasin bikin narasi buat lomba besok. Ya Allah maafkan hamba-Mu ini. Gue males banget buat bikin. Nggak ada niatan buat bikin. Suara-suara asing bersaut-sautan di kepala gue.

"Nanti aja ngerjainnya"

"Masih banyak waktu"

"Ngerjain besok juga selesai"

"Mamah goreng lele. Baunya enak kan? Makan gih"

"Itu teaser SHINee bikin bete"

Lama-lama pikiran gue ngelantur. Akhirnya gue memutuskan untuk posting tentang kemalasan gue.

Sekarang gue harus bikin narasi! AYO! BIKIN NARASI! Semoga inspirasi ngalir.

Speechless...




Liat gambar di atas! Gambar itu menggambarkan suasana hati gue.

Senyum gue sama persis kayak matahari yang ada di gambar itu. Kupu-kupu yang berwarna-warni itu berterbangan di perut gue. Dan pikiran gue dipenuhi oleh pelangi yang berwarna-warni.

Kenapa?

Karena gue habis baca postingan di blog “kakaknya” dan itu membuat gue speechless. Sangat sangat speechless. Karena ada satu paragraf tentang gue. Hahahahahaha. Dia menyebut gue dengan nama yang agak nggak banget. But, it’s okay. I’m still happy.

Jadi dia berterima kasih atas kado dariku untuknya. Walaupun kadonya nggak seberapa, tapi nyarinya penuh perjuangan dan peperangan batin. Nanti gue ceritain perjuangan gue saat berkelana berburu kado itu.

Tapi makin dibaca, gue rasa pelangi-pelangi di kepala gue mulai luntur. Gue bingung. Nggak tau kenapa tapi gue bingung. Gue nggak tau apa yang gue bingungin. Tapi gue bingung. Gue coba menghilangkan rasa bingung gue dengan berbagai cara. Garuk-garuk tembok, menatap cicak-cicak di dinding, dan meratapi nasib mempunyai adik yang beberapa hari ini senantiasa mengatakan “SELAMAT ULANG TAHUN!”.

Tapi nggak berhasil, gue tetep bingung. Dan gue nggak tau apa yang gue bingungin. Hal itu membuat gue tambah bingung.

Pikiran gue berubah menjadi seperti ini.

Gue bingung, tapi gue seneng. Jadi seperti ini.


Ahahahahaha….

Ada satu hal yang mau gue luruskan. Menurut postingan kakaknya, dia menemukan kartu ucapan yang bertuliskan “I Love You”. 

FAKTANYA…

Gue nggak nyantumin kartu itu.

Sekali lagi.

GUE

NGGAK

NYANTUMIN

KARTU

UCAPAN

BERTULISKAN

“I LOVE YOU”

ITU

I swear I didn’t.

Yang sebenarnya terjadi adalah, kartu itu adalah BAGIAN dari kotak tempat kado itu diletakkan. Jadi, gue beli kotak. Nah, kebetulan, hari itu adalah D-2 valentine. Jelas aja toko-toko kado nyiapin kotak bernuansa valentine. Gue memilih kotak berwarna kuning dengan pita berwarna pink. Setelah sampai rumah, gue baru sadar kalau ternyata di kotak itu terdapat kartu ucapan.

Pada saat itu gue mikir, gue nggak mau kado gue jadi cacat. Kalo kartu ini gue lepas, nanti kadonya cacat. Jadi gue biarkan apa adanya. 

Jadi sekali lagi, kartu ucapan itu TERCANTUM, bukan DICANTUMKAN.

Walaupun memang sebenernya, kata-kata itu adalah kata-kata yang selalu gue lontarkan dalam hati saat ada orang itu disekitar gue.

Dalam hati karena nyali gue nggak cukup kuat. Dalam hati karena gue bukan cewek sinting yang bakal teriak-teriak kayak orang gila cuma gara-gara ketemu sang “crush”. Dalam hati karena gue malu.

Listen to my heart

Saranghaeyo sunbae-nim…